Dampak pandemi COVID-19 di Indonesia tak hanya menyerang sektor kesehatan. Ekonomi termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun tak luput dari ‘serangan’ virus Corona ini.

Padahal UMKM merupakan salah satu penopang ekonomi terbesar di Indonesia. Peranannya sentral karena berdampak langsung kepada tingkat kesejahteraan mayoritas rakyar Indonesia. Seorang peneliti in Mind Institute mengungkapkan, UMKM mampu menyerap 96% tenaga kerja di Indonesia. Dengan serapan tenaga kerja sebesar itu maka bila sektor UMKM terganggu akan berdampak pada masyarakat yang banyak kehilangan pekerjaan.

Dari total 64 juta UMKM berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 98% usaha pada level mikro atau sekitar 63 juta terkena dampak pandemi COVID-19. Jumlah ini terus meningkat seiring waktu pembatasan interaksi masyarakat.

Bahkan menurut catatan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) hampir separuh UMKM di Indonesia akan bangkrut pada Desember 2020. Agar hal tersebut tak terjadi, UMKM perlu berbenah dan mencari jalan untuk tetap bisa bertahan di tengah gempuran pandemi ini.

Di era digital sekarang, salah satu yang bisa dilakukan UMKM adalah digitalisasi proses bisnis. Memang tidak mudah. UMKM bertahun-tahun menjalankan usahanya secara tradisional. Interaksi dan pertemuan fisik antara penjual dan pembeli adalah hal lumrah bagi mayoritas UMKM.

Namun sekarang situasinya berubah. Banyak yang menghindari pertemuan fisik jika tidak penting sekali. Kalaupun harus bertemu fisik, harus menerapkan protokol kesehatan yang cukup ribet. Ini menambah keengganan  orang untuk bertemu fisik.

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan adaptasi yang hebat, yang membedakannya dengan makhluk Tuhan lainnya. Demikian pun UMKM yang dijalankan oleh orang-orang hebat yang akan mampu melewati masa sulit pandemi Covid-19 ini. Salah satunya dengan digitalisasi usaha.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kirim pesan WA whatsapp